Layu
Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F.
Smith)
Bakteri
layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang
tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit,
bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan
alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di
dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya
menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu
menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang
diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air
bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan
berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir
(slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai
adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh
bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit
bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi
paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
- Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
- Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
- Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
- Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
- Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae
Layu
Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu
Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya
penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala
serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang
daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun;
sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan
tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P.
solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan
cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas
berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit,
kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar
cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya,
hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian
penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
- Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
- Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
- Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
- Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
- Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.
Bercak
Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd).
Butl. et. Bisby).
Bercak
daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau "patek".
Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium
piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G.
piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala
serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil
kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan
akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap.
Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal
serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah,
kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat
titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang
berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai
"mummi" dengan warna buah seperti jerami.
- Pengandalian dapat dilakukan dengan cara : Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x 70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x 70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
- Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
- Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
- Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
- Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak
Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab
penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit
ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak
akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak
berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang
berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung
berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti
Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
Bercak
Alternaria (Alternaria solani Ell &
Marf)
Penyebab
penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan
lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung
menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling
bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian
penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun,
dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara
berselang-seling.
Busuk
Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit
busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada
daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh
batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai
dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang
menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu
panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam
yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai
yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ,
Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
Virus
Penyakit
virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber
Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus
(TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV),
dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).
Gejala
penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik
yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh
serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang
terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan
buah.
- Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
- Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.
Penyakit
Fisiologis
Merupakan
keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan
oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai
yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan
terbakarnya buah cabai akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai
Paprika. Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada
buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat
kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam
buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum
waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti
tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara
pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan
kebun secara merata. Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif berbuah
tetapi baru diketahui kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun
yang banyak mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak
tahan terhadap sinar matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan
menyebabkan terbakarnya kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang nampak di
bagian luar adalah warna kulit buah berubah menjadi keputih-putihan hingga
kecoklatan dan mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk basah, tetapi warna buah
menjadi jelek dan kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian terhadap sengatan
sinar matahari adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan plastik
transparan (bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening selain
dapat mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi
tingginya temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan
kelembaban relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping itu,
pengaruh naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.